Ide Kolaborasi Scrhamm – Tanos Gairahkan Pariwiata Sulut

0

SULUT – Salah satu program unggulan pemerintahan Gubernur Yulius Selvanus Komaling (YSK) dan Wakil Gubernur Victor Mailangkay (Victory) adalah memajukan pariwisata di Nyiur Melambai.

Untuk mewujudkan program YSK Victory, Ketua fraksi Gerindra Sulut Louis Scrhamm dan Kepala dinas Pariwisata Sulut Devi Tanos berpendapat mengatasi kendala yang akan dihadapi.

Louis Scrhamm menegaskan untuk menggairahkan pariwisata disituasi pemberlakuan efiensi anggaran perlu kreativitas mumpuni.

“Efisiensi anggaran memang penting, tapi jangan sampai justru mematikan sektor unggulan seperti pariwisata yang selama ini menjadi penopang ekonomi daerah,”jelas Scrhamm dalam pembahasan LKPJ Gubernur Tahun Anggaran 2024 di DPRD Sulut, Rabu (16/04/2025).

Untuk

Louis Schramm juga menekankan pentingnya pemulihan cepat terhadap sektor pariwisata yang terdampak.

“Semua harus berkolaborasi untuk memastikan sektor pariwisata bisa bangkit kembali,”tegasnya.

Kepala Dinas Pariwisata Sulut, Devi Tanos mengakui bahwa sektor pariwisata saat ini menjadi salah satu yang paling terdampak oleh efisiensi anggaran, salah satu dampak nyata adalah hilangnya kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) yang selama ini berkontribusi besar terhadap okupansi hotel.

“Kebetulan minggu lalu kami bertemu dengan para pelaku usaha pariwisata. Mereka mengatakan bahwa 30 sampai 40 persen tingkat hunian hotel biasanya berasal dari kegiatan MICE pemerintah. Tahun ini, dari pusat tidak ada lagi anggaran untuk itu,”ujar Dia.

Tak hanya itu, menurut Devi Tanos efisiensi anggaran juga menyebabkan terbatasnya promosi pariwisata, yang berdampak langsung pada menurunnya kunjungan wisatawan ke destinasi lokal. Hal ini ikut dirasakan oleh pelaku wisata seperti pemandu, pengelola destinasi, dan UMKM pariwisata.

Efisiensi juga berdampak pada pelatihan dan peningkatan SDM. Program pelatihan, sertifikasi, dan pengembangan kapasitas terpaksa dikurangi bahkan ditunda. Sehingga kualitas layanan akan terpengaruh.

“Pengurangan iven dan festival pariwisata, serta tertundanya pemeliharaan infrastruktur wisata juga menjadi masalah serius,” tambah Dia.

Lanjutnya, Dinas Pariwisata Sulut telah menyiapkan sejumlah langkah alternatif. Seperti mencoba mendorong kemitraan dengan swasta dan komunitas lokal untuk membantu pembiayaan iven. Serta juga akan manfaatkan teknologi digital untuk promosi yang lebih hemat.

“Selain itu, akan memperkuat pengembangan desa wisata dan ekowisata sebagai strategi jangka panjang.
Termasuk wisata berbasis masyarakat bisa lebih efisien secara biaya dan memberikan dampak langsung ke ekonomi lokal,”tandasnya.