MTsN 2 Lima Puluh Kota Finalis KREASI 2025: “Remaja di Persimpangan Makna” Angkat Isu Krisis Identitas di Era Postrut

0

Lima Puluh Kota, Sumatera Barat — Tim Ilmiah Sosial Humaniora Keagamaan (ISHK) dari MTsN 2 Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, tampil gemilang di ajang KREASI 2025, membawa semangat intelektual dan spiritual madrasah ke panggung nasional.

Dengan nomor urut 063, tim ini mempresentasikan penelitian berjudul “Remaja di Persimpangan Makna: Dampak Darurat Efitesmologi terhadap Krisis Identitas Remaja dalam Masyarakat Postrut.”

Penelitian ini menyoroti fenomena darurat efitesmologi—krisis cara berpikir dan pengetahuan—yang kian memengaruhi pembentukan identitas remaja di era post-truth, masa ketika kebenaran sering tersisih oleh opini dan emosi.

Remaja hari ini hidup di tengah banjir informasi yang membingungkan. Mereka mencari jati diri, namun sering terjebak dalam citra dan tren yang semu,” ungkap salah satu anggota tim dalam presentasi di hadapan dewan juri.

Dalam karya ilmiahnya, tim ISHK menggabungkan dua teori besar:

1. Teori Perkembangan Identitas Erik Erikson, yang menjelaskan krisis identitas sebagai bagian penting dari pembentukan kepribadian remaja.

2. Teori Postmodern Condition Jean-François Lyotard, yang menggambarkan masyarakat modern sebagai ruang di mana kebenaran tunggal digantikan oleh beragam narasi subjektif.

Berlandaskan dua teori tersebut, penelitian ini menelusuri bagaimana darurat efitesmologi, ketika rasionalitas digantikan oleh persepsi dan opini, menempatkan remaja di “persimpangan makna” dalam menentukan jati diri mereka.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, melalui observasi lapangan, wawancara mendalam, dan analisis media sosial.

Hasil penelitian menunjukkan tiga dampak utama:

1. Menurunnya kepekaan sosial, karena remaja lebih sering berinteraksi di ruang digital.

2. Meningkatnya individualisme, yang melemahkan semangat kebersamaan.

3. Munculnya krisis makna hidup, akibat kaburnya batas antara citra dan realitas.

Namun, penelitian ini tidak berhenti pada kritik. Tim ISHK juga menawarkan solusi bernilai moral dan spiritual — ajakan untuk menumbuhkan kesadaran diri, memperkuat pendidikan karakter, serta menghidupkan nilai-nilai keagamaan sebagai penuntun keseimbangan berpikir dan bertindak.

Remaja di persimpangan makna bukan generasi yang hilang arah. Mereka adalah generasi yang sedang mencari pijakan baru di tengah derasnya arus zaman,” tegas tim peneliti.

Kepala MTsN 2 Lima Puluh Kota, Hj. Yuharniza, M.Pd, pada Senin, 27 Oktober 2025, menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya atas capaian ini.

Kami sangat bangga dengan prestasi ini. Karya ini membuktikan bahwa siswa madrasah mampu berpikir kritis, ilmiah, dan tetap berakar pada nilai-nilai spiritual. Mereka adalah generasi harapan yang siap menghadapi tantangan masa depan,” ujar Hj. Yuharniza.

Prestasi ini juga diraih berkat bimbingan dan arahan langsung dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lima Puluh Kota, Dr. H. Irwan, M.Ag., yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, serta pendampingan terhadap berbagai inovasi riset dan pengembangan potensi siswa madrasah.

Dengan gagasan tajam, pendekatan ilmiah yang kuat, serta pesan moral yang mendalam, tim ISHK MTsN 2 Lima Puluh Kota membuktikan bahwa madrasah bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, melainkan laboratorium pemikiran muda yang siap menjawab tantangan zaman dengan ilmu, iman, dan karakter.(Dion)