Pemerhati Desak Evaluasi Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bitung yang Dinilai Tak Peka dengan Kepemimpinan Baru
BITUNG—Dunia pendidikan di Kota Bitung kembali diwarnai sorotan tajam. Kali ini, SMP Negeri 2 Bitung menjadi pusat perhatian bukan karena prestasi akademik, melainkan akibat kelalaian pimpinannya yang dinilai tidak peka terhadap perubahan kepemimpinan di kota ini.
Sekolah tersebut masih memampang visi dan misi wali kota periode sebelumnya, padahal kepemimpinan baru Hengky Honandar dan Randito Maringka sudah berjalan selama enam bulan.
Fakta ini dianggap mencerminkan kelalaian sekaligus kurangnya tanggung jawab Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bitung, Tommy Paat.
Pemerhati Kota Bitung, Sanny Kakauhe, dengan tegas mendesak Wali Kota Hengky Honandar untuk segera mengevaluasi bahkan mencopot jabatan Tommy Paat.
Sanny menilai persoalan ini bukan hal sepele, terlebih karena kasus serupa sudah beberapa kali terulang.
“Kalau tidak salah, ini sudah yang ketiga kalinya. Artinya ada kelalaian serius yang tidak boleh dibiarkan,”ujar Sanny Kakauhe, Kamis (28/8/2025)
Menurutnya, ketika sekolah masih memajang visi misi lama, hal itu sama saja menunjukkan tidak adanya penghormatan terhadap kepemimpinan baru.
“Jika wali kota dan wakil wali kota sudah enam bulan bekerja namun yang terpampang masih visi misi pemimpin sebelumnya, maka jelas Kepala Sekolah yang harus bertanggung jawab,” tegas Kakauhe.
Desakan Sanny bukan sekadar kritik biasa. Ia menyebut langkah tegas perlu segera diambil agar dunia pendidikan di Bitung tidak dipimpin oleh sosok yang abai terhadap aturan dan simbol pemerintahan yang sah.
“Kita butuh kepala sekolah yang peka, taat aturan, dan mendukung visi pemerintah kota saat ini, bukan yang abai,” tambahnya.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi mengenai keberadaan visi misi lama yang masih terpasang di sekolah, Tommy Paat memilih bungkam.
Pesan WhatsApp yang dikirim wartawan hanya dibaca tanpa ada balasan. Hingga berita ini diturunkan, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bitung itu belum memberikan klarifikasi resmi.
Kasus ini kini menjadi perhatian publik, mengingat sekolah seharusnya menjadi tempat pembelajaran yang menanamkan nilai disiplin, kepatuhan, dan keteladanan.
Namun dengan kelalaian seperti ini, masyarakat mempertanyakan sejauh mana integritas pimpinan sekolah dalam menjalankan tanggung jawabnya.