KEK Likupang Super Prioritas, Recki Langi : Jangan Berakhir Jadi Kuburan Investasi

0

SULUT – Pemerintah pusat menetapkan sejumlah destinasi wisata super prioritas, antara lain Likupang (Sulawesi Utara), Mandalika (Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Labuan Bajo (Nusa Tengara Timur).

Kawasan ekonomi khusus (KEK) Likupang merupakan salah satu KEK Pariwisata yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2019 pada 6 Desember 2019.

Fokus pengembangan investasi KEK Likupang saat ini antara lain waterfront city, marina, dan konservasi.

Konsep pengembangan marina akan didorong untuk terintegrasi dengan waterfront city yang dilengkapi dengan residential.

Sedangkan, diluar area KEK akan dikembangkan pula Wallace Conservation Center dan Yacht Marina.

KEK yang mengusung konsep sustainable tourism ini sejalan dengan kecenderungan trend masa kini dimana wisatawan cenderung beralih pada konsep sustainable living.

Recky Langie satf khusus (Satfsus) Gubernur Yulianus Selvanus bidang investasi ingatkan pengelolaannya jangan bernasib sama dengan Manado Beach Hotel (MBH) di Desa Mokupa, Minahasa, yang terbengkalai sejak 2003 yang dikelola PT Pembangunan Pariwisata Sulawesi Utara (PPSU).

Ini disampaikan Recky Langi dalam rapat lanjutan pembahasan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sulut 2025-2044 oleh Panitia Khusus (Pansus) DPRD Sulut bersama Perangkat daerah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut,Selasa (12/08/2025).

Ia mengingatkan dalam mengembangkan pariwisata ada tiga faktor utama dan penentu yang wajib dilakukan.

“Pertama adalah atraksi atau ketertarikan potensi wisata bahkan kwalitas pada wisata,”lugasnya.

Tercatat ada beberapa jenis-jenis atraksi wisata:

Atraksi alam:

Pemandangan alam seperti pantai, gunung, air terjun, dan hutan. 

Atraksi budaya:

Warisan budaya, sejarah, seni, dan tradisi suatu daerah, seperti upacara adat, tarian, musik, dan festival. 

Atraksi buatan:

Bangunan bersejarah, taman hiburan, museum, dan atraksi lainnya yang dibuat oleh manusia. 

Atraksi sosial:

Kebiasaan dan gaya hidup masyarakat setempat yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. 

Lanjut kata Recky Langi, yang kedua adalah aksesbilitas kemudahan untuk menuju kepada destinasi wisata baru,
Kemudahan mendapatkan informasi tentang tempat wisata, termasuk peta, petunjuk arah, dan informasi lainnya yang relevan. 

“Yang ketiga adalah amenitas pendukung lainnya.Pentingnya amenitas dalam pariwisata adalah untuk meningkatkan kepuasan wisatawan dan membuat mereka merasa nyaman selama berada di destinasi wisata. Dengan adanya amenitas yang memadai, wisatawan akan lebih betah dan mungkin memiliki minat untuk kembali berkunjung,”jelasnya.

Ketiga faktor ini tidak diperhatikan akan bernasib sama dengan pengelolaan hotel MBH.

“25 tahun lalu saya ingatkan ada investasi pariwisata yang luar biasa, yang bisa melobi hotel Indonesia hotel, nomor satu di indonesia maka terjadilah pembangunan yang namanya MBH. Tetapi yang kita lihat sekarang itu adalah investasi pariwisata yang boleh saya katakan adalah kuburan investasi karena tidak didukung yang namanya holding facility mengenai aksesbilitas dari tujuan investasi,”tegasnya.

Langi pun mengingatkan kepekaan dukungan pemerintah terkait aksesbilitas dan supporting facility menuju deatinasi wisata baru.

Menanggapi ini, ketua Pansus RTRW Henry Walukow menyatakan ini akan dijadikan catatan penting untuk kembangkan wisata Sulut.

“Ini sebuah catatan bagaimana kesiapan kita dari sisi program tapi termasuk sarana prasarrana pendukung menjadi catatan untuk diperhatikan,”tandasnya.