Jeane Laluyan Beber Salah Satu Faktor Naiknya Harga Beras Karena Laporan Surplus Distanak
SULUT – Warga Provinsi Sulawesi Utara selama beberapa pekan terakhir keluhkan terjadinya lonjakan harga beras.
Salah satu penyebabnya ternyata karena laporan Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Sulut melaporkan bahwa Sulut surplus beras atau produksi beras melebihi jumlah yang dibutuhkan.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh anggota Komisi II DPRD Sulut Jeane Laluyan saat Komisi II DPRD Sulut memanggil Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak),Dinas Pangan,Biro Perekonomian dan Bulog,Senin (14/07/2025).
“Jika Distanak tidak memberikan laporan Sulut Surplus beras, pasti pihak Bulog merasa tidak perlu bantu melepas SPHP,”lugas politisi PDIP Ini.
Sebagai bukti, Laluyan mengatakan data dari Distanak Sulut untuk lahan yang ditanami padi seluas 39.768 hektar.
Menurutnya, Distanak melaporkan disetiap hektarnya, lahan tersebut menghasilkan 4 sampai 6 ton gabah padi.
“Namun hasil dilapangan tidak seperti itu, petani yang ditemuinya disentra pertanian padi di Dumoga mengatakan yang mereka hasilkan dalam setiap hektar 1,5 sampai 2 ton, bahkan ada yang hanya beberapa koli,”ucap Laluyan.
Laluyan menyesalkan kejadian tersebut terjadi, Ia tidak ingin mencari siapa yang salah dan benar namun menginginkan hal ini tidak terulang lagi.
“Tolong Distanak memberikan laporan dan data yang benar kepada Gubernur kita, selain itu Presiden Prabowo Subianto telah mengupayakan agar bisa Swasembada Pangan,kemandirian pangan atau kedaulatan pangan,”tegasnya.
Laluyan pun minta agar Distanak Sulut tidak menggantungkan pemenuhan kebutuhan beras deng provinsi lain.
“Jangan lagi bergantung terhadap daerah lain, jika daerah lain mengalami seperti ini, pasti mereka akan menahan beras untuk pemenuhan masyarakat mereka,”jelasnya.
Sementara itu, untuk tiga persoalan klasik yang diteriakan para petani, yaitu kebutuhan Pupuk, mengatasi hama dan yang terpenting kebutuhan irigasi air agar segera ditindaklanjuti.
Sementara itu,Plt Kepala Dinas Pangan Sulut Franky Tintingon S.STP M.Si mengakui produksi beras di Sulawesi Utara mengalami penurunan terutama di sentra utama seperti Bolaang Mongondow.
Fenomena ini sangat mempengaruhi kestabilan harga pangan di tingkat pasaran
“Ini sesuai fakta di lapangan, salah satu kendalanya adalah dipengaruhi musim hujan kemudian serangan hama tikus dan ketiga, para petani di daerah Dumoga menggunakan bibit lokal sehingga produksi beras dalam satu hektar itu hanya berkisar 2 sampai 3 ton, ” jelas Tintingon.
Meski demikian kata Tintingon pihak tetap melakukan pengawasan terutama di tingkat distributor guna mengetahui permasalahan di lapangan.
“Kami melakukan pengawasan di tingkat distributor khususnya dua distributor besar yang ada di kota Manado yakni Hasil Karya yang menguasai 30 persen pasar di Sulut, dan kedua distributor beras Karyatama yang menguasai 10 persen pasar. Dari hasil penelusuran kami rata-rata stok kedua distributor ini diambil dari luar daerah yakni Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah bahkan ada yang lebih jauh.
Padahal kerinduan dari kedua distributor ini mengambil beras lokal Sulut sangat tinggi hanya saja stoknya terbatas, ” terang Tintingon.
Sementara untuk stok cadangan beras di Sulut kata Tintingon, Pemerintah provinsi masih memiliki cadangan pangan yang tersimpan di gudang Bulog sebanyak 111 ton.
“Ini juga yang telah kami lakukan dengan berbagai kegiatan yaitu bantuan pada saat banjir di kota Manado, bantuan bagi masyarakat yang terdampak genangan air di Minahasa bahkan sebelumnya bantuan bagi masyarakat yang terdampak letusan gunung ruang, ”tandas Tintingon.